Koleksi Mug


Oleh: Anggrek Lestari Asy-Syifa

"Mengapa kebanyakan penulis suka minum kopi?" Pertanyaan itu selalu muncul dalam pikiranku.
Para Penulis senior yang kutemui berkata bahwa mereka tidak pernah menulis tanpa kopi. Kopi seperti harga yang tidak bisa ditawar lagi untuk menemani penulis.

Dulu sebelum masuk kuliah dan belum rutin menulis (belum merasa dikejar deadline) aku tidak suka minum kopi. Setelah masuk kuliah dan lebih mengetahui seluk beluk dunia sastra dan kepenulisannya aku jadi penyuka kopi.

Sebelum kuliah aku belajar tentang sastra dan menulis secara otididak. Setelah masuk kuliah di jurusan Sastra Indonesia USU aku banyak belajar dari senior dan penulis terkenal melalui seminar-seminar. Otomatis, rasa bersaingku muncul mendengar begitu banyak penulis pemula yang karyanya sudah diterbitkan di media cetak. Dari situlah aku rutin menulis. Setiap minggu minimal aku mengirimkan satu cerpen ke surat kabar, tidak peduli diterima atau tidak. Yang penting sudah mencoba. Tulis-kirim-lupakan-tulis lagi- kirim lagi- lupakan lagi, dst. 

Jadwal menulisku yang rutin membuatku berteman dengan kopi. Apalagi kalau aku menulis sampai tengah malam untuk mengejar target. Nah, berawal dari suka kopi aku mengoleksi mug. Rasanya tidak sempurna kalau tidak minum kopi pakai mug. Oh ya, mug yang cantik menambah semangat menulis loh. Entah kenapa kalau ada mug cantik di sebelahku aku semakin bersemangat.

Mug pertamaku berwarna hijau sesuai dengan warna kesukaanku. Lalu ada mug yang bergambar zodiakku: leo. Ada mug yang ditambahi printing namaku. Tidak ketinggalan mug pasangan dong alias mug 'mama-papa'. Favorit mug mama-papa ku yang berbentuk separuh hati berwarna putih cerah dengan gambar hujan hati. Jika kedua mug disatukan maka akan membentuk hati yang utuh. Satu mug itu sudah aku kasih ke pacar (Upps). Dan masih banyak mug yang lainnya dengan berbagai bentuk dan warna.

Sejak Januari 2013 lalu aku memutuskan lebih fokus ke dunia kepenulisan novel. Aku menargetkan akhir tahun 2013 sudah bisa debut novel pertama. Novel pertamaku kutulis bulan Januari dan selesai bulan April kemudian hingga bulan Juni aku pergunakan untuk revisi.Selama menulis novel pertama aku ditemeni kopi yang selalu kunikmati menggunakan mug warna hijau.

Setelah mengirim novel yang pertama ke penerbit, aku lanjut menulis novel lagi. Dalam diriku mulai muncul prinsip untuk pergantian mug setiap kali pergantian menulis novel. Ya supaya semangatku lebih bertambah. Nah, novel kedua yang kutulis selama Juni-Juli ditemani mug bergambar singa--Zodiakku.
Mug hijau yang dulu menemaiku menulis novel pertama untuk sementara kusimpan sebagai koleksi bersama mug yang lain di atas lemari kamarku.

Oh ya, sambil menunggu konfirmasi novel pertama dan kedua di ACC penerbit, aku menulis novel ketiga bulan ini. Dan aku punya mug baruuu. Warnanya merah membara lohh. Biar supaya semangat menulisku membara meski novelku belum juga di ACC.

Pergantian mug yang kulakukan merupakan cari lain untuk mengatasi kebosanan dan mempertahankan mood menulis. Maklum, mood menulis apalagi untuk menulis cerita berkepanjangan seperti novel akan membuat risiko kebosanan semakin meningkat. Seperti halnya hubungan pacaran yang semakin lama akan muncul rasa bosannya juga. Jadi harus pintar-pintar mengatasi kebosanan.

Bagaimana dengan kalian? Pasti punya cara tersendiri mengatasi kebosanan dan mempertahankan mood dalam melakukan sesuatu. Semoga tetap selalu semangat.


Cerita Hari Ke-24
Proyek #CeritaDariKamar

Komentar

Menu yang Paling Banyak Dinikmati