ALASAN MENGAPA KITA HARUS MENCINTAI DIRI SENDIRI


Pernah melihat orang mengemis-ngemis cinta sama seseorang yang jelas-jelas udah enggak lagi cinta dengan dia? Atau sering lihat orang menangisi mantannya berbulan-bulan dan bilang dia enggak bisa hidup tanpa mantannya itu? Pasti banyak kejadian di sekitar kita yang seperti itu. Hal-hal tersebut bisa dijadikan indikasi bahwasanya seseorang belum mencintai diri sendiri! Yakin, masih mau bilang kalau kita harus mencintai diri orang lain dahulu baru mencintai diri sendiri???

Berikut ini alasan sederhana mengapa kita harus mencintai diri sendiri versi yang dikutip dari novel Koma karya Rachmania Arunita. Chek this out, Penikmat Cerita!
cover novel Koma karya Rachmania Arunita

“Mengagungkan diri sendiri dan mencintai diri sendiri adalah dua hal yang berbeda. Narsis yang kamu sebut tadi adalah orang yang cenderung mengagungkan diri. Merasa dirinya berbeda, unik, dan tidak ada yang dapat mengalahkan apa yang ia punya. Selalu menaruh nilai kepada dirinya di atas orang lain. Mencintai diri sendiri adalah menghargai diri sendiri. Merasa dirinya berbeda dengan cara yang baik, tapi tidak merasa orang lain berada di bawahnya. Pada saat kamu bertemu dengan orang lain yang mencintai dirinya sendiri dengan baik, kamu akan merasa nyaman dan hangat. Kamu akan sangat kagum dengan orang itu, dan pada saat yang sama kamu akan merasa bahwa orang itu sangat dekat karena ia tidak menaruh dirimu di bawahnya dalam pikirannya. Kamu akan sangat mudah untuk akrab. Tapi saat kamu bertemu dengan orang yang mengagungkan diri, kamu akan meras tidak nyaman dan sukar untuk dekat walaupun orang itu sangat ramah. Hal ini karena ia menaruh kamu di bawah kakinya dan bukan sejajar dengan hatinya. Dan, setiap manusia dapat merasakan hal itu karena itu adalah sebuah perasaan yang mudah menular.”

“Ini aneh, tapi sangat masuk akal. Tapi, apa hubunganya dengan menjadi cantik dalam sekejab?”

“Kalau kamu merasa cantik, orang lain akan melihat kamu cantik. Kalau kamu merasa sama dengan pasangan kamu seperti belahan jiwa, orang akan melihat wajah kamu sama dengan wajah pasangan kamu karena kamu juga merasa seperti itu. Karena kamu merasa seperti itu, kamu jadi berpikiran seperti itu. ‘Aku dan dia cocok banget. Aku dan dia sama.’ Pada kenyataannya, kamu adalah kamu dan dia adalah dia. Tapi, orang akan merasakan apa yang kamu rasakan dan akan berpikir seperti yang kamu pikir. Karena perasaan kamu menimbulkan pikiran dan bukan kebalikannya.”*
***


Catatan: *dikutip dari novel Koma karya Rachmania Arunita,terbitan Bentang, cetakan keempat April 2014, halaman 60.


Komentar