Fakta Menyesakkan Hidup di Kota Perantauan
Hidup di Kota Perantauan berarti setiap harinya hidup dalam pengharapan. Berharap hari demi hari semakin dekat impian, berharap semakin hari mampu mengubah nasib diri menjadi lebih baik lagi.
Penikmat Kata, di balik pengharapan hidup di kota yang dianggap mampu mengubah kehidupan, ternyata terdapat fakta menyesakkan hidup di Kota Perantauan.
Fakta menyesakkan hidup di Kota Perantauan ini ternyata terangkum dalam lirik lagu Jakarta Ramai yang dipopulerkan oleh Maudy Ayunda. Apa-apa saja fakta tersebut? Yuk kita simak, Penikmat Kata.
Kota Metropolitan, orang-orang yang hidupnya kekinian, memiliki fakta mengejutkan sekaligus bikin nyesek perasaan.
Jakarta ramai, hatiku sepi...
Itulah sepenggal lirik lagu 'Jakarta Ramai' yang dinyanyikan oleh Maudy Ayunda. Bener banget, kan? Simak fakta-fakta lain dari lagu yang kalau didengerin bikin baper nih meski bukan karena patah hati.
1. Terlalu Banyak Bekerja untuk Orang Lain, Lupa Mewujudkan Impian untuk Diri Sendiri
Apa kabar mimpi-mimpimu
Apa kau tinggal begitu saja
Apa kabar angan-angan hari ini
2. Merasa Kesepian di Tengah Keramaian
Jakarta ramai, hatiku sepi
3. Makin Banyak Maunya, Makin Galau yang Dirasa
Jangan kau tanya mengapa sedih
Kutak tahu apa arti rasa ini
Entah apa yang kumau
Penuh tanya dalam diri
4. Terlalu Banyak Hal Baru, Bikin Kamu Gak Excited Lagi
Banyak hal baru, tapi kulesu
Kota Metropolitan, orang-orang yang hidupnya kekinian, memiliki fakta mengejutkan sekaligus bikin nyesek perasaan.
Jakarta ramai, hatiku sepi...
Itulah sepenggal lirik lagu 'Jakarta Ramai' yang dinyanyikan oleh Maudy Ayunda. Bener banget, kan? Simak fakta-fakta lain dari lagu yang kalau didengerin bikin baper nih meski bukan karena patah hati.
1. Terlalu Banyak Bekerja untuk Orang Lain, Lupa Mewujudkan Impian untuk Diri Sendiri
Apa kabar mimpi-mimpimu
Apa kau tinggal begitu saja
Apa kabar angan-angan hari ini
Kota Metropolitan diisi oleh para pekerja yang mengubah nasib hidup. Tanpa disadari para pekerja, terkhusus pekerja kantoran terlalu disibukkan dengan target perusahaan, membantu mewujudkan impian para pengendali perusahaan, tetapi akhirnya lupa mewujudkan impian untuk diri sendiri. Miris banget, ya. Padahal, niat awal bekerja untuk mencari uang agar membantu mewujudkan impianmu. Buat kamu pekerja, jangan sampai melupakan impianmu!
2. Merasa Kesepian di Tengah Keramaian
Jakarta ramai, hatiku sepi
Kamu ngerasa gak, sih, kalau semakin sibuk kotanya, semakin membuatmu merasa kesepian? Ini disebabkan kesibukan pekerjaan yang tak jarang bikin stres, dan akhirnya bikin perasaan merasa sepi meski sering berkumpul dengan teman-temanmu. Hmm, apalagi untuk yang pekerjaannya menggila, pasti makin tidak sempat bertemu teman-teman atau bahkan tidak bisa menemukan gebetan sehingga makinlah merasa kesepian hidup di kota Metropolitan.
3. Makin Banyak Maunya, Makin Galau yang Dirasa
Jangan kau tanya mengapa sedih
Kutak tahu apa arti rasa ini
Entah apa yang kumau
Penuh tanya dalam diri
Generasi milenials saat ini lebih banyak galaunya, lho! Rasa bimbang berujung tidak fokus pada satu hal, membuat waktu terasa banyak terbuang. Hal ini disebabkan banyak kemauan, tapi justru tidak tahu dan tidak punya rencana matang untuk melakukan satu hal sehingga bertebaranlah kata galau itu media sosial.
4. Terlalu Banyak Hal Baru, Bikin Kamu Gak Excited Lagi
Banyak hal baru, tapi kulesu
Banyak hal-hal baru bermunculan, tren tidak pernah sepi di media sosial, tetapi justru bikin kaum kekinian di kota Metropolitan justru merasa cepat bosan, lesu dan tidak semangat menjalani hari.
Nyesek, ya kehidupan di kota Metropolitan sebagai kota perantauan bagi banyak orang. Semoaga para perantauan tetap fokus pada impian dirinya sendiri, meski saat ini masih harus bekerja untuk mewujudkan impian orang lain.
Sebab hanya dengan adanya harapan, itulah yang membuat kita selalu merasa sedang memberi cahaya pada kehidupan.
****
CATATAN: Artikel Anggrek Lestari ini juga telah diposting di media IDN Times dengan judul "Inilah Fakta yang Bikin Nyesek dalam Lagu Jakarta Ramai"
Sumber foto diambil dari sini.
Komentar